Oleh: Muhammad Seha
Dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, Pondok Pesantren Mahasiswa Universal menggelar kajian kepemimpinan
bersama Dewan Pengasuh, KH. Tatang Astarudin. Dalam kajian kepemimpinan tersebut, beliau menyampaikan refleksi mendalam tentang arti kemerdekaan, mulai dari lingkup keluarga, persoalan ekonomi, hingga tantangan ideologi bangsa.
Pahlawan Terdekat Adalah Orang Tua
Menurut KH.Tatang Astarudin, pahlawan sejati tidak selalu dikenang dalam buku sejarah atau monumen besar. Pahlawan terdekat bagi setiap orang justru adalah kedua orang tua. Mereka adalah sosok yang berjuang tanpa pamrih, mendidik, dan mengorbankan
segalanya demi masa depan anak-anaknya. Oleh karena itu, seyogianya kita harus berterima kasih kepada keduanya.
Man lam yaskuril qalil lam yasykuril katsir, wa man lam
yasykurinnas lam yaskurillah (Barang siapa tidak mensyukuri yang sedikit maka tidak mensyukuri yang banyak. Dan barang siapa yang tidak bersyukur pada manusia, maka tidak bersyukur pada Allah),”
Pesan dari hadis di atas bahwa kemerdekaan batin seorang anak bangsa dimulai dari kesadaran untuk menghormati orang tua. Jika seorang anak gagal bersyukur atas jasa orang tuanya, maka ia juga tidak akan mampu menghargai pengorbanan besar para pahlawan bangsa.
Penjajahan Ideologi dan Ekonomi yang Masih Menghantui
KH. Tatang mengutip kritik Presiden Soekarno terhadap neoliberalisme. Menurut beliau, di era modern ini, penjajahan bukan lagi berbentuk fisik dengan senjata dan militer, tetapi berupa ideologi dan ekonomi. Penjajahan jenis ini jauh lebih berbahaya karena menyusup dalam pola pikir, sistem pendidikan, bahkan gaya hidup masyarakat.
Beliau menegaskan bahwa meskipun Indonesia sudah merdeka secara yuridis, kenyataannya banyak rakyat masih terjajah secara finansial. Orang yang tida merdeka secara ekonomi akan sulit berpikir jangka panjang, bahkan sering kali kehilangan semangat untuk merencanakan masa depan.
Tafsir dari pernyataan ini adalah bahwa kemerdekaan sejati harus dilihat dari kemampuan bangsa untuk berdiri di atas kaki sendiri. Tanpa kemandirian finansial dan kekuatan ideologi, bangsa hanya akan menjadi pengikut arus global, bukan pemimpin dalam peradaban.
Swasembada Pangan sebagai Jalan Menuju Kemerdekaan Finansial
Sebagai solusi, KH. Tatang menekankan pentingnya kembali kepada gagasan Soekarno tentang swasembada pangan. Beliau menyebut bahwa bangsa yang tidak mampu mencukupi kebutuhan pokoknya akan selalu berada dalam bayang-bayang ketergantungan.
Hegel pernah menegaskan bahwa setiap perubahan harus memiliki gagasan yang cerdas. Sementara Karl Marx menambahkan bahwa perubahan hanya akan terjadi jika masyarakat memiliki modal, baik modal finansial maupun modal sosial. Tafsir dari dua pandangan ini menunjukkan bahwa kemandirian pangan bukan sekadar isu ekonomi, melainkan ide besar yang harus diperjuangkan bersama. Dengan modal persatuan, semangat, dan inovasi, bangsa akan mampu mencapai kemerdekaan finansial yang hakiki.
Komitmen dan Kreativitas Sebagai Fondasi Kepemimpinan
KH. Tatang menekankan bahwa dua kunci utama dalam menjalani kehidupan adalah komitmen dan kreativitas. Komitmen menjaga arah perjuangan agar tidak mudah goyah, sedangkan kreativitas membuka ruang untuk menemukan solusi di tengah keterbatasan.
Beliau mencontohkan bagaimana pesantren tetap mampu berjalan meskipun minim bantuan dari pemerintah. Kemandirian pesantren lahir dari Asta Jiwa yang menjadi falsafah Pondok Pesantren Mahasiswa Universal, yaitu ikhlas, sederhana,
mandiri, kebersamaan, dan kebebasan. Nilai-nilai ini mengajarkan santri untuk berani menghadapi tantangan dengan kemandirian, tanpa kehilangan semangat kebersamaan.
Nasionalisme dan Iman: Satu Tarikan Nafas
Sebagai penutup, KH. Tatang mengingatkan bahwa cinta tanah air adalah bagian dari iman (hubbul wathan minal iman). Merdeka bukan hanya terbebas dari penjajahan fisik, tetapi juga berarti memiliki keberanian untuk berpendapat, berkeyakinan,
dan berdiri tegak di atas prinsip.
Dalam konteks kepemimpinan, kemerdekaan sejati terwujud ketika seorang pemimpin mampu
menjaga kedaulatan bangsa, melindungi rakyat dari dominasi ideologi asing, serta memastikan rakyat hidup mandiri secara ekonomi. Inilah pesan yang menjadi renungan penting pada peringatan kemerdekaan kali ini.