Perubahan adalah proses bergantinya kondisi lama menjadi kondisi baru, baik yang direncanakan maupun tidak direncanakan. Perubahan bisa hadir melalui dua jalur, pertama, yaitu revolusi yang terjadi secara cepat dan drastis, kedua, evolusi yang berlangsung perlahan dan bertahap. Meski demikian, perubahan bukan sekadar peristiwa, melainkan sesuatu yang harus dikawal.
KH. Tatang menekankan pentingnya tafakur dan tadabbur sesuai tradisi pesantren, agar setiap perubahan tetap dalam koridor kebaikan.“Kita adalah agen of change, artinya, kita adalah aktor dalam perubahan, bukan sekadar pemeran pembantu. Tapi selain agen, kita juga harus jadi inisiator dalam perubahan itu.” — KH. Tatang Astarudin.
Perubahan dimulai dari diri sendiri, tidak semua perubahan harus besar. Jika belum mampu memulai perubahan yang besar, maka mulailah dari perubahan kecil dalam diri sendiri. KH. Tatang menyebut bahwa 99% perubahan dalam hidup manusia terjadi secara tidak direncanakan. Banyak hal terjadi spontan: kita tidak pernah bisa memastikan kapan bersin, kapan ingin ke kamar mandi, atau bahkan apakah rencana tidur lebih cepat bisa terlaksana. Semua itu menunjukkan bahwa hidup penuh perubahan spontan yang tak terduga.
Namun, inilah pentingnya menjadi Agen of change — seseorang yang mampu mengubah dirinya sendiri sebelum merubah orang lain, apalagi merubah dunia. Hal ini selaras dengan ucapan seorang sastrawan Rusia yaitu Leo Tolstoy yg berbunyi “Everyone thinks of changing the world, but no one thinks of changing himself.” (Semua orang berpikir untuk mengubah dunia, tetapi tidak seorang pun berpikir untuk mengubah dirinya sendiri.)Maka, agen perubahan sejati adalah orang yang berhasil memperbaiki dirinya lebih dulu sebelum berpikir untuk memperbaiki orang lain
Perubahan dari Hal-Hal KecilKH. Tatang memberi contoh: perubahan bisa dimulai dari kepekaan sederhana terhadap lingkungan. Jika melihat sampah berserakan, ambil dan buanglah. Jika tidak, mungkin saja sampah kita akan mengganggu orang lain, dan kelak orang itu bisa menuntut kita di akhirat.Beliau juga mengingatkan sabda ulama:Orang yang amalannya sama dengan hari kemarin adalah orang yang rugi.Orang yang amalannya lebih baik dari hari kemarin adalah orang yang beruntung.Dan orang yg amalannya lebih buruk dari kemarin adalah orang yg celakaPerubahan diri harus terjadi setiap hari. Bahkan hal kecil seperti disiplin waktu, kepedulian pada kebersihan, atau meningkatkan ibadah, adalah bagian dari revolusi diri.Model Perubahan Sosial Menurut KH. Tatang AstarudinKH. Tatang Astarudin menegaskan bahwa perubahan sosial tidak terjadi begitu saja. Ada faktor-faktor yang mendorong dan mengarahkan perubahan. Beliau menjelaskan setidaknya ada tiga model utama:1. Perubahan karena IdeSebuah ide memiliki kekuatan luar biasa untuk mrubah dunia. Banyak peradaban besar lahir dari gagasan yang pada mulanya sederhana.KH. Tatang mengingatkan bahwa jangan meremehkan kekuatan ide. Satu kalimat, satu tulisan, atau satu pandangan bisa menjadi titik awal perubahan besar.2. Perubahan karena Tokoh BesarSelain ide, sosok pemimpin atau figur berpengaruh juga mampu menjadi inisiator perubahan. Tokoh besar tidak hanya memberikan gagasan, tetapi juga teladan, keberanian, dan arah bagi masyarakat.Sejarah dunia mencatat banyak tokoh yang mampu mengubah bangsanya: dari Umar bin Khattab yang membawa keadilan dalam kepemimpinan Islam, hingga contoh modern seperti presiden Georgia yang berhasil memberantas korupsi dan menjadikan negaranya lebih bersih dalam waktu singkat.KH. Tatang menekankan bahwa tokoh besar lahir bukan hanya dari ambisi pribadi, tetapi dari kepedulian terhadap umat. Pemimpin sejati adalah yang menangis bersama rakyatnya dan bersyukur ketika masyarakatnya sejahtera.3. Perubahan karena Gerakan Sosial (Social Movement)Perubahan juga bisa tumbuh dari bawah, dimulai oleh masyarakat sendiri. Gerakan sosial biasanya lahir dari kesadaran bersama bahwa ada ketidakadilan atau permasalahan yang harus diperbaiki.KH. Tatang menjelaskan tiga pilar utama dalam perubahan sosial melalui gerakan masyarakat:PemihakanPemerintah atau tokoh harus memihak pada rakyat kecil, bukan hanya pada kepentingan elit. Pemihakan yang salah akan melahirkan ketimpangan, sementara pemihakan yang benar akan melahirkan keadilan.PenguatanMembangkitkan kembali kekuatan mental, spiritual, dan fisik masyarakat agar tidak mudah ditindas. Penguatan ini mencakup pendidikan, spiritualitas, dan kesadaran sosial.PemberdayaanMemberikan masyarakat kesempatan untuk mandiri. Bukan sekadar memberi bantuan, tetapi membekali keterampilan, kepercayaan diri, dan akses agar mereka mampu berdiri di atas kaki sendiri.KH. Tatang menegaskan, perubahan yang berangkat dari masyarakat biasanya lebih kokoh karena lahir dari kebutuhan masyarakat itu sendiri.Namun meskipun begitu KH. Tatang menekankan bahwa perubahan yang paling mendasar tetaplah dimulai dari diri sendiri.Sebab tanpa pribadi yang kuat, ide hanya tinggal wacana, tokoh hanya jadi simbol, dan gerakan sosial akan cepat padam.I’m Not I WasSebagai penutup, KH. Tatang mengingatkan bahwa perubahan sejati berarti kita tidak lagi sama dengan diri kita yang dulu. Hal ini sejalan dengan sebuah ungkapan sederhana namun dalam maknanya:> “I’m not I was.”(Saya yang sekarang bukanlah saya yang dulu.)Ungkapan itu menegaskan bahwa hidup adalah perjalanan perubahan menuju kebaikan. Jika hari ini kita sama saja dengan kemarin, berarti kita rugi. Tetapi jika hari ini lebih baik, maka kita adalah orang yang beruntung.