Sejarah Pesantren Universal
Pondok Pesantren Mahasiswa Universal (PPMU) didirikan pada tahun 2010 oleh Dr. K.H. Tatang Astarudin, S.Ag., S.H., M.Si (seorang dosen dan aktivis sosial) di bawah Yayasan Suwargi Buana Djati. Pendirian PPMU merupakan bagian dari pelaksanaan amanat dan wasiat orang tua beliau yang mengharapkan anak cucunya, senantias: belajar di Pondok Pesantren, atau sekurang-kurangnya tinggal di dekat Pondok Pesantren, atau jika mampu, mendirikan Pondok Pesantren.
Dinamakan pondok pesantren “universal” karena visi KH. Tatang Astarudin tentang nilai-nilai “universal” yang menurut beliau menjadi salah satu prinsip, nilai, dan orientasi penting dalam kehidupan. Salah satu misi dan cita-cita mulia syariat Islam adalah mewujudkan “al-mashlahah al-ammah“, kemashlahatan universal, kemashlahan bagi seluruh alam, sebagai gambaran implementasi Islam Rahmatan lil-Alamin. Nama “Universal” juga terinspirasi dari gagasan Gus Dur (KH. Abdurrahman Wahid) tentang “Universalisme Islam” yang mengemuka dan dirumuskan dalam Muktamar NU di Cipasung Tahun 1994.
Bermula dari kegiatan diskusi, penelitian, dan kajian di rumah KH. Tatang Astarudin di kawasan Jalan Desa Cipadung (belakang kampus UIN Sunan Gunung Djati Bandung) yang diikuti oleh para dosen dan aktivits mahasiswa sebagai Area Network Institut pada tahun 2006. Seiring berjalannya waktu, semakin banyak yang mengikuti kajian, tidak sedikit juga mahasiswa yang mukim bersama beliau. Akhirnya pada tahun 2010 Pondok Pesantren Universal mendapatkan Ijin Operasional (IJOP) dari Kementerian Agama Kota Bandung dengan Nomor 5100.32.73.0145 dan pada tahun 2020 mendapatkan Ijin Operasional (IJOP) dari Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI Nomor: 5100.32.73.0212.
Muktamar NU Cipadung 1994
Geneologi Pesantren Universal
KH. Tatang Astarudin dan Ny Farida Mardiawati selaku pengasuh PPMU berasal dari dua kutub pesantren berpengaruh di Jawa Barat yaitu dari tradisi pesantren di pesisir utara Jawa Barat dan tradisi pesantren di wilayah priangan. KH. Tatang Astarudin berasal dari Cirebon menyambung nasab persaudaraan ke Pesantren Buntet salah satu pesantren tertua di Jawa Barat, sekaligus tersambung nasabnya hingga ke Sunan Gunung Jati atau Pangeran Syarif Hidayatullah. Sementara Ny Farida Mardiawati memiliki garis nasab keluarga ke pesantren Cipasung yaitu cucu dari KH Ilyas Ruhiat selaku Rais ‘Aam (Ketua Umum) PBNU dari tahun 1992 hingga 1999 sekaligus pendiri pesantren Cipasung itu sendiri.
Maka dapat di katakan bahwa pesantren Universal merupakan pertemuan antara dua kutub tradisi pesantren pesisir dan pegunungan di Jawa Barat, Priangan dan Caruban. Menyatu dan memberi cahaya ditengah-tengah nafas kota provinsi Jawa Barat, Bandung. Mewarisi kebijaksanaan, keilmuan, hingga kesholehan para pendahulu yang tetap hidup dan menghidupi peradaban Islam di Jawa Barat, Nusantara, bahkan dunia. Abi dan Umi, begitu kami (santri) menyebut Kyai dan Nyai Pondok Pesantren Mahasiswa Universal dengan penuh rasa kekeluargaan.
Nasab dan Silsilah Kyai Pesantren Universal
1. Abi Tatang Astarudin
- Dr. K.H. Tatang Astarudin, S.Ag., S.H., M. Si.
- bin H. Raden Saheh Sukantawirya,
- bin Raden Sukari Sukantawirya,
- bin Raden Wiryadipura,
- bin Raden Harudin Sujanabrata,
- bin Raden Hajud,
- bin Raden Bratakusuma,
- bin Raden Demang Bratanata,
- bin Raden Tisnadikrama,
- bin Pangeran Sutangkara,
- bin Pangeran Pakis,
- bin Pangeran Alas,
- bin Panembahan Ratu Pakungwati II (Panembahan Girilaya),
- bin Pangeran Dipati Carbon I (Pangeran Sedang Gayam),
- bin Panembahan Ratu Pakungwati l (Zaenul Arifin),
- bin Pangeran Dipati Carbon I (Pangeran Sedang Kemuning),
- bin Pangeran Pasarean (Pangeran Muhamad Arifin),
- bin Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Djati)
2. Umi Farida Mardiawati
Silsilah Keluarga Besar Pondok Pesantren Cipasung KH. Ruhiat (1911-1977)
Hj. Siti Aisyah (Almh) Istri Pertama
- H. Endang Hasan (Alm.)
- K.H. Ilyas Ruhiat (Alm.)
- Hj. Mumum Maemunah
- Abdul Wahid (Alm)
- K.H. Dudung Abdul Halim (Alm.)
- Zubaedah (Almh.)
- Siti Sa’adah (Almh.)
- Hj. Jaoharotul Mardiyah
- K.H. Abdul Munyamin Ruhiat
- Hj. Euis Hasanah
- Hj. Ido Hamidah
- Hj. Cucu Hamidah
- K.H. Acep Adang Ruhiat
- K.H. Agus Saepul Bachri
Hj. Siti Badriyah (Almh.) Istri Kedua
- Hapsoh (Almh.)
- Hindasah (Almh.)
- Hj. Zaenab Muflihah
- Sirojul Munir (Alm.)
- H.M. Yusuf Amin (Alm.)
- Fatimah (Almh.)
- K.H. Koko Komarudin
- K.H. Ubaidillah Ruhiat
- Hj. Etti Athiyah
- Hj. Laila Suroyo
- Mahmudah Kaoniyah (Almh.)
- Hj. Neng Madinah Ruhiat
Umi Farida Mardiyawati adalah putri Hj. Jaoharotul Mardiyah, Anak Ke 8 dari Istri Pertama K.H. Ruhiat.