google.com
📒 Catatan Perjalanan #tatang astarudin
Abu Ayyub al-Anshori, nama aslinya Khalid bin Zaid al-Najjâri al-Khazraji, adalah salah satu contoh tipikal Kaum Anshor. Anshor artinya “penolong”, yakni penduduk Madinah yang bersumpah setia untuk menolong Rasulullah dan kaum Muslimin Mekah dengan menyediakan rumah, makanan, dan keperluan lainnya bagi para Muhajirin, kaum Muslimin yang eksodus pindah dari Makkah ke Madinah.
Rumah Abu Ayyub al-Anshori adalah tempat tinggal sementara Rasulullah Saw ketika pertama kali tiba di Madinah. Kala itu, setiap pemilik rumah yang dilewati Rasulullah selalu memegang tali kekang unta Rasulullah agar berkenan tinggal di rumahnya, tapi Rasulullah membiarkan unta itu terus berjalan hingga berhenti di wilayah Bani Najjar, tepatnya di depan rumah Abu Ayyub al-Anshori.Ketika Sahabat Kaum Anshor berebut memegang tali kekang unta Rasulullah agar Rasulullah berkenan tinggal di rumah mereka, Abu Ayyub al-Anshori tidak ikut berebut menarik tali kekang unta Rasulullah, ketika unta itu berhenti di depan rumahnya, ia langsung bergegas membawa barang-barang bawaan Rasulullah.
Melihat itu, Rasulullah bersabda “al-mar’u ma’a al-rahlihi—pemilik barang ikut bersama barangnya. (H.R. Imam al-Baihaqi), dan Rasulullah memutuskan tinggal di rumah Abu Ayyub al-Anshori. Tindakan Abu Ayyub al-Anshori tersebut menunjukkan bahwa ia seorang perasa yang penuh cinta dan rasa hormat. Ia tidak ingin menyakiti perasaan kaum Anshor lainnya dengan memperebutkan tali kekang unta Rasulullah. Ia langsung mengambil barang bawaan Rasulullah dan membawanya, karena baginya itu yang jauh paling penting.
Ketika semua orang sibuk meminta Rasulullah tinggal di rumahnya, tidak ada yang terpikir untuk membawakan barang bawaan Rasulullah.Rumah Abu Ayyub al-Anshori terdiri dari dua lantai. Karena ia tidak mau menyusahkan Rasulullah harus naik-turun tangga, ia mempersilahkan Rasulullah menempati lantai bawah rumahnyanya, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ad-Dzahabi.“Sesungguhnya Rasulullah Saw tinggal di lantai bawah rumah kami, dan kami di kamar (lantai atas), kemudian air di kamar (kami) tumpah. Aku dan Ummu Ayyub bergegas mengelap bekas-bekas air dengan kain beludru. Kemudian aku turun dan berkata: ‘wahai Rasulullah, tidak sepantasnya kami berada di atasmu, silahkan berpindahlah ke kamar (atas).” (Imam al-Dzahabi, Siyâr A’lâm al-Nubalâ’, Beirut: Muassasah al-Risalah, 2001, juz 2, hlm 407)
Bahkan, dalam satu riwayat Imam Ahmad bin Hanbal disebutkan, Abu Ayyub al-Anshori dan isterinya tidak berani tidur dan berjalan di tengah-tengah kamarnya karena berada tepat di atas Rasulullah Saw. Mereka berdua selalu berjalan dan tidur di sisi yang menempel dengan dinding rumahnya.
Bukan hanya dengan ketulusan cinta dan pengorbanan harta, Sahabat Abu Ayyub al-Anshori juga diriwayatkan banyak terlibat dalam sejumlah peperangan melawan musuh semasa Khalifah Abu Bakar, Umar bin Khathab, dan Khalifah Usman Ibn Affan RA, bahkan teribat dalam petempuran melawan kekaisaran Romawi dan usaha penaklukkan Konstantinopel.Abu Ayyub al-Anshori ikut menjadi bagian dari pasukan Khalifahan Bani Umayyah yang mencoba menaklukkan Konstantinopel (Bizantium), sekarang Istanbul.
Beliau wafat pada saat pengepungan Konstantinopel di masa pemerintahan Mu’awiyah bin Abu Sufyan (674 M). Abu Ayyub al-Anshori meninggal di usia 80 tahun, akibat sakit karena memasuki musim dingin ekstrem saat itu. Ketika sakit beliau berwasiat kepada Abu Yazid. “Apabila aku meninggal, bawalah jasadku dengan kuda sejauh jarak yang dapat ditempuh ke arah musuh”. Ketika Sultan Mehmed II atau Fatih Sultan Mehmed berhasil menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453, makam Abu Ayyub Abu Ayyub al-Anshori dipindahkan ke tepi benteng Konstantinopel di Istanbul seperti yang diwasiatkannya. Di samping makamnya dibangun Masjid Eyüp Sultan.
Berbagai sumber sejarah menyebutkan bahwa salah satu yang memotivasi Abu Ayyub al-Anshori ikut menjadi bagian dari pasukan yang mencoba menaklukkan Konstantinopel adalah Hadits dari Abdullah bin Bisyr Al Ghonawi yang menceritakan bahwa bapaknya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: لَتُفتَحنَّ القُسطنطينيةُ ولنِعمَ الأميرُ أميرُها ولنعم الجيشُ ذلك الجيش. Artinya: “Sungguh akan dibuka (ditaklukkan) kota Konstantinopel, dan sebaik-baik pemimpin adalah yang memimpin penaklukkan saat itu, dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan yang ikut menaklukkan saat itu“.
Hadits tersebut diriwayatkan oleh beberapa Perawi, antara lain: Imam Ahmad, Bukhori, Thobroni, Hakim, dan Ibnu Asakir. Menurut Imam Al Hakim hadits sanadnya shohih dan disepakati oleh Adz Dzahabi”.***Dari Abu Ayyub al-Anshori kita dapat mengambil pelajaran tentang ketulusan, hormat dan ta’dzimnya kepada Rasulullah, serta tentang kegigihannya dalam perjuangan hingga akhir hayat. Wallahu’alam.
(TA)astarudin@gmail.com Istanbul, 18 Juli 2025