WASIAT NABI: Oleh-oleh berharga dari madinah

Freepik.com

@tatang astarudin

Masyarakat madani atau civil society hari ini dikenal sebagai konsep masyarakat ideal yang beradab, mandiri, maju, demokratis, menjunjung tinggi nilai-nilai kesetaraan dan kemanusiaan.

Konsep civil society diyakini terinspirasi oleh kehidupan dan tradisi masyarakat Madinah di masa Nabi Muhammad SAW.

Maka tidak heran jika Imam Malik bin Anas (kelompok mazhab Maliki) memandang praktik masyarakat Madinah atau Tradisi Ahlul Madinah sebagai salah satu sumber hukum yang kuat dan otentik, karena kebiasaan penduduk Madinah yang dijalankan secara turun-temurun dipercaya paling “otentik” dan mendekati apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.

Salah satu pilar penting kehidupan masyarakat Madinah adalah 4 (empat) wasiat Nabi Muhammad SAW kepada masyarakat Madinah yang disampaikan beliau ketika baru tiba di Madinah. Empat wasiat tersebut terangkum dalam sebuah Hadits: عن أبي يوسف عبد الله بن سلام رضي الله عنه قال: لما قدم النبي صلى الله عليه وسلم المدينة انجفل الناس قِـبَـله، وقيل: قد قدم رسول الله صلى الله عليه وسلم -ثلاثا-، فجئت في الناس لأنظر، فلما تبينت وجهه عرفت أن وجهه ليس بوجه كذاب، فكان أول شيء سمعته تكلم به أن قال: (يا أيها الناس: أفشوا السلام، وأطعموا الطعام، وصِلُوا الأرحام، وصلّوا بالليل والناس نيام، تدخلوا الجنة بسلام) رواه أحمد والترمذي والحاكم، وصححه الترمذي والحاكم. Dari Abu Yusuf ‘Abdullâh bin Salâm berkata: “Ketika Nabi Muhammad SAW tiba di kota Madinah, orang-orang berduyun-duyun mendatangi beliau. Mereka berkata, ‘Rasul telah tiba!’. Akupun mengikuti kerumunan mereka untuk turut melihat. Ketika nampak wajah beliau, aku langsung tahu bahwa wajah beliau bukanlah wajah seorang pendusta. Hal pertama yang aku dengar dari beliau adalah ‘Wahai sekalian manusia! Sebarkanlah salam, berikanlah makanan, jalin silaturahim, dan shalatlah pada malam hari ketika orang-orang tengah tertidur. Maka kalian semua akan masuk surga dengan selamat.’” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Al-Hakim)

Dalam hadis tersebut, nabi mewasiatkan 4 (empat) hal penting yaitu: (1) sebarkanlah salam (2) saling berbagi makanan (3) menjalin silaturahim, dan (4) shalat malam ketika orang-orang tengah tertidur—jika empat hal tersebut dilakukan, maka pelakunya (dijanjikan) akan masuk surga dengan selamat.

Empat hal tersebut menurut para Ulama dan pemikir kontemporer adalah pilar penting dalam membangun masyarakat Madani (Civil Sociey).

Sebarkanlah “salam” tidak hanya dimaknai sebagai sapaan atau ucapan: “assalamualaikum”, tetapi lebih dari itu, “salam” sebagai “media” dan iktiar untuk menyebarkan “energi positif”, perdamaian, empati, dan kasih sayang.

Wasiat untuk (saling) memberi makan adalah instrumen penting untuk membangun kepedulian, kepekaan, dan solidaritas sosial.

Universal Coverage (UC) yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan program “Jaminan Sosial Nasional” yang diniatkan oleh Pemerintah Indonesia, akan sulit terwujud jika tidak didukung oleh semangat saling berbagi dan saling menanggung yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat.

Silaturrahmi, persaudaraan, semangat persatuan dan kesatuan, merupakan fondasi penting dalam pembangunan masyarakat, baik silaturrahmi, persaudaraan sesama muslim (ukhuwwah Islamiyyah), persaudaraan sesama manusia (ukhuwwah insaniyyah), dan persaudaraan sesama anak bangsa (ukhuwwah wathoniyyah).

Anjuran untuk “shalat malam ketika yang lain tidur” dimaknai sebagai sholat malam (seperti Tahajjud) yang menjadi amalan yang “nyaris” diwajibkan kepada ummat Islam karena keutamaannya sehingga Allah SWT mengabadikan pujian dan derajat yang tinggi kepada hamba-hambaNya yang beriman dan mendirikan salat malam (QS Al-Isra ayat 79).

Anjuran ini juga dimaknai bahwa dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, harus ada ikhtiar “langit” dan harus ada sekelompok orang, petugas, instritusi/ lembaga yang tetap “terjaga”—berjaga-jaga, ketika yang lain “terlena”.Wallahu’alam.(TA)astarudin@gmail.com Madinah, 20 Juli 2025