Amanah sebagai Bentuk Integritas Diri

Oleh : Nurul Hasanah

Di tengah derasnya arus kehidupan modern yang serba cepat dan kompetitif, nilai-nilai moral dan integritas sering kali terpinggirkan. Jabatan, kekuasaan, dan harta menjadi tujuan utama, sementara amanah, nilai luhur yang menjadi fondasi kepercayaan sering kali dikesampingkan demi ambisi pribadi. Padahal, amanah adalah cermin integritas seseorang. Ia bukan sekadar nilai moral, tetapi juga kunci utama menuju keberhasilan dan keberkahan hidup.

Dalam kajian subuh di Pondok Pesantren Mahasiswa Universal Al-Islamy (PPMU), Cipadung, Kota Bandung, Ust. Ahmad Nurun mengupas makna mendalam dari fadhilah amanah sebagaimana tertuang dalam Kitab Washoya Al-Aba’ lil Abna’. Menurutnya, amanah adalah perhiasan paling indah yang bisa dimiliki manusia. Sebaliknya, khianat adalah kehinaan yang merusak harga diri dan meruntuhkan kepercayaan. Bahkan, dalam ajaran Islam, khianat merupakan salah satu ciri orang munafik, yakni ketika diberi amanah, ia berkhianat.

“Kita sering melihat contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari. Saat berkampanye, banyak calon pejabat menebar janji manis demi meraih simpati rakyat. Namun, setelah terpilih, banyak yang melupakan janjinya dan justru mencari keuntungan pribadi. Inilah bentuk nyata dari pengingkaran amanah,” ungkap ustadz yang akrab disapa Mr. Memed ini.

Namun, amanah sejatinya tidak hanya berlaku bagi pejabat atau pemimpin. Amanah adalah prinsip yang harus dipegang oleh setiap individu, dalam peran sekecil apa pun. “Kalian tidak perlu menunggu jadi presiden atau gubernur untuk belajar amanah. Amanah itu dimulai dari diri sendiri. Sudahkah kalian amanah sebagai santri? Sebagai mahasiswa? Amanah adalah pondasi diri kalian,” tegasnya kepada para santri.

Membangun Budaya Amanah Sejak Dini

PPMU telah menjadikan amanah sebagai nilai utama dalam membentuk karakter santri. Melalui program Santri Berprestasi dan Santri Karya, para santri yang memiliki keterbatasan ekonomi diberi kesempatan untuk membantu operasional pesantren, seperti di kantin atau toko pesantren. Lewat pengalaman ini, mereka diajarkan bahwa sekecil apa pun tanggung jawab yang diberikan, amanah harus tetap dijaga.

Seperti halnya yang sering disampaikan oleh Abi Tatang Astarudin, Dewan Pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa Universal, bahwasannya ketika kita diberi tanggung jawab terhadap amanah kecil, maka Allah akan memberikan amanah yang lebih besar dan lebih besar lagi.

Amanah pun bukan sekadar urusan materi, tetapi juga menjaga kepercayaan dan harga diri. Dalam lingkup pertemanan, tidak membuka lemari teman tanpa izin atau menjaga rahasia yang dititipkan adalah bentuk amanah sederhana. Bahkan, tidak menyebarkan aib seseorang di media sosial juga termasuk menjaga integritas diri.

“Banyak orang pintar dan berpendidikan tinggi yang akhirnya masuk penjara. Kenapa? Bukan karena mereka tidak cerdas, tetapi karena mereka tidak amanah,” lanjut Mr. Memed, mengingatkan bahwa kecerdasan tanpa integritas hanya akan menjadi bumerang.

Pada akhirnya, amanah adalah investasi karakter yang tidak hanya membangun kepercayaan orang lain, tetapi juga menjaga kehormatan diri dan keluarga. Jika ingin meraih keberkahan hidup, mulailah dari hal kecil. Karena dari amanah kecil, lahirlah amanah yang lebih besar. Dan dari amanah, hadir keberkahan dalam setiap langkah kehidupan.