Refleksi Makna Kalimat “Aku Ada, Aku Bermakna bagi Sesama”

Senin, 26 mei 2025

Pagi ini, dalam pengajian Abi, Abi ingin mengingatkan kepada kita semua, tentang salah satu kewajiban kita sebagai Seorang muslim terhadap Muslim lainnya adalah dengan tolong menolong menjadi pribadi yang ringan tangan saat ada saudara kita yang membutuhkan. Jangan tunggu diminta, jangan hitung-hitungan. Karena dalam Islam, dan juga dalam tradisi universal, kita diajarkan untuk tasamuh (toleran), ta’awun (tolong-menolong), dan berkhidmah bersama melayani, memberi makna di tengah lingkungan sekitar.

Abi menjelaskan kembali bahwa Empatik itu tampak dari wajah yang berseri-seri, bukan wajah yang masam. Toleransi itu bukan diam saja, tapi menjaga agar semua merasa aman. Tolong-menolong itu harus menjadi tradisi harian kita, Dan semuanya harus dilakukan sesuai porsinya masing-masing.

Abi juga ingin kita membiasakan setiap pagi, mencatat atau niatkan lima poin kebaikan yang ingin dilakukan pada hari ini. Misalnya sholat dhuha, membaca Al-Qur’an, membaca hadits, membereskan sesuatu yang belum rapi, atau membantu teman yang sedang membutuhkan. Nah, saat Ashar, cek kembali apa saja yang sudah dilakukan?? Kalau belum semua, tambal dengan satu kebaikan lain pada waktu malamnya. Dan kalau lima poin itu sudah terasa ringan, tingkatkan menjadi sepuluh kebaikan. Lama-lama, ini akan terbentuk menjadi sebuah akhlak/perilaku dalam jiwa yang mengalir tanpa dipikir, tanpa paksaan.

Tak lupa, Beliau juga mengingatkan kita untuk senantiasa membantu temanmu yang sedang kesusahan, sesuai kemampuan kitaa. Karena dari menolong itulah pahala akan mengalir. Tapi disini, abi juga menegaskan agar kita selalu berhati-hati, karena di zaman sekarang kita hidup di tengah suasana sosial yang makin egoistik dan individualistik. Kebersamaan makin tipis, tolong-menolong di perhitungkan.

Pagi ini Abi mengajak para santri untuk merenungkan kembali kalimat “Aku ada, aku bermakna bagi sesama.” Bukan hanya untuk didengar saja, tapi untuk direnungkan kembali dalam-dalam. Bagaimana kalimat ini bisa hidup dalam hati kita semua.

Abi mengutip perkataan Ibnu Athailah “Siapa yang merasakan buah dari amalnya, maka ia akan sukses dunia dan akhirat.” Dan buah dari amal itu adalah nikmatnya dalam berbuat kebaikan. Akan selalu ada pertanyaan dan kegelisahan dalam hati “Rasanya kurang kalau hari ini belum berbuat baik”
~

Jadilah pribadi yang ringan tangan, karena setiap kebaikan yang kita tanam hari ini, akan kembali pada kita sebagai cahaya di dunia dan akhirat

Penulis : Salsabila Syifa Putri, Santriwati Pondok Pesantren Mahasiswa Universal